Sutra

Baju dari kain sutra atau sutera memang istimewa dan nampak mewah sehingga sering digunakan untuk membuat baju pesta dan untuk keperluan perayaan berbagai acara. Baju sutra berasal dari ulat sutra.

Habitat Ulat Sutra

Ulat sutera ini suka tinggal di pohon yang banyak daunnya terutama daun pohon murbei, dan suka tempat yang tenang sehingga perkebunan ulat sutra akan dipilih di lokasi yang jauh dari jalan raya.

Ulat Sutra

Ulat sutra juga bukan habitat asli alam iklim tropis sebenarnya. Ulat sutra memerlukan udara yang sejuk dan tidak suka dengan wewangian. Nama Latin Dari Ulat Sutra Liar adalah Bombyx Mori.

Selain jenis itu ada juga ulat sutera Attacus atlas atau kupu gajah dan Cricula trifenestra atau kupu kenari. Lalu ada juga ulat sutra jenis samia cynthia ricini yang dibudidayakan di Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia dengan memakan daun singkong karet.

Ciri Ciri Ulat Sutra

Ciri-cirinya ialah berwarna putih dan tidak berbulu.

Bentuk Ulat Sutra

Bentuknya cukup besar, ulat sutera memiliki panjang mencapai 10 cm dengan diameter mencapai 0,8 cm.

Ciri Ciri Ulat Sutra

Kepompong

Kepompong Ulat Sutra atau yang juga disebut sebagai kokon dapat menghasilkan bahan kain sutera.

Ulat Sutra Dapat Dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kain sampai untuk bahan penambah stamina tubuh mengingat cukup banyak juga kandungan proteinnya.

Kepompong Ulat Sutra

 

Fungsi Ulat Sutra

Jika kepompongnya berfungsi untuk membuat kain sutera maka ulat sutranya juga bisa berfungsi untuk bahan supplement penambah stamina tubuh. Hal ini karena ulat sutra mengandung tinggi protein.

Manfaat Ulat Sutra

Manfaat ulat sutera selain diambil kepompongnya atau kokon nya lalu dibuat menjadi bahan kain sutra maka ulat sutra nya bisa dimanfaatkan untuk membuat bahan penambah stamina badan.

Budidaya Ulat Sutra

Budidaya ulat sutra awalnya dilakukan di china lalu Jepang, namun kini di berbagai pelosok Indonesia juga sudah ada yang membudidayakannya.

Gambar Ulat Sutra

Idealnya budidaya ulat sutera dilakukan di wilayah ketinggian 400 meter hingga 800 meter di atas permukaan laut namun guna menambah kesejukan udara bisa dipasang blower.

Telur ulat sutera dalam jangka waktu 10 hari akan sudah menetas, lalu selama sekitar satu bulan kemudian akan terus menerus makan daun hingga ulat pun berubah menjadi kepompong dan berhenti makan.

Telur Ulat Sutra Menetas

Pakan Ulat Sutra

Makanan ulat sutra adalah biasanya daun murbei, sehingga bisa menghasilkan kain sutera yang halus dan lembut namun ada juga ulat sutra yang diberi makan daun singkong karet yang lalu akan menghasilkan kain sutra yang lebih berserat dan lebih empuk.

Pohon murbei harus rajin dipangkas agar daunnya bisa tumbuh lebat. Selain pohon murbei di Indonesia ada juga yang membudidayakan ulat sutra yang diberi pakan daun singkong karet.

Setelah menjadi kepompong maka ulat sutera akan berhenti makan. Lalu mulai menghasilkan benang kokon, yang pada hari keempat sudah bisa dipanen.

Proses Kepompong Ulat Sutra

Dari sekitar 10 kg kokon atau kepompong pada saat dipintal akan menjadi 1 kg benang. Lalu dapat diolah menjadi kain dengan panjang sekitar 8 meter dan dengan lebar sekitar 110 cm.

Jika beroperasi secara penuh per hari maka akan bisa dihasilkan sekitar 30 kg benang. Harga beli kepompong atau cocon dari pembudidaya ulat sutra pada saat ini ialah sekitar 50 ribu Rupiah per kg.

Sehingga tak heran jika harga kain sutra atau kain sutera itu bisa menjadi lebih mahal. Kain sutra juga memiliki keistimewaan yakni menyerap keringat dan bisa terkesan mengkilat namun sejuk dan tidak panas lalu pada saat cuaca dingin kain sutera bisa menimbulkan rasa hangat dan melindungi kulit dan badan pemakainya dari suhu rendah.

Itulah siklus ternak ulat Sutra. Tak perlu kandang khusus, hanya sediakan saja kotak kayu berukuran 1 m x 4 m. Bibitnya berupa telur ulat sutra khusus yang dibeli dari tempat budidaya khusus telur ulat sutra. Pakannya adalah daun-daunan, khususnya daun murbei dan bisa juga daun singkong karet.

Siklus Hidup Ulat Sutra

Siklus ulat sutra seutuhnya ialah mulai dari telur lalu jadi ulat sutra dan kemudian menjadi kepompong.

Ulat ini mempunyai siklus metamorfosis yang sempurna, pada tiap generasinya akan melewati 4 stadia, yakni sejak mulai dari bentuk telur, lalu bentuk larva atau ulat, dan kemudian bentuk pupa, dan lalu jadi bentuk ngengat atau kupu-kupu.

siklus hidup ulat grayak

Pada stadia larva, maka ulat sutra itu hanya akan makan daun murbei segar atau daun lain yang disediakan yang tidak terkena suatu bahan kimia apapun.

Masa pada saat ini sebenarnya ialah merupakan fase masa yang sangat penting bagi proses sintesis protein sutera dan juga proses pembentukan telur.

Memelihara Ulat Sutra

Memelihara ulat sutera akan mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Selain bisa dimanfaatkan kepompongnya maka ulatnya juga bisa dimanfaatkan dan menghasilkan uang.

Kotorannya pun bisa dimanfaatkan untuk menjadi pupuk dengan tingkat kualitas yang tinggi.

Bisa juga jika hendak secara khusus membudidayakan telur ulat sutra, yang memerlukan fasilitas laboratorium guna pengetesannya.

Tempat pemeliharaan ulat sutra pun bisa menjadi destinasi wisata dan mendatangkan banyak pengunjung yang akan bisa menambah keuntungan dan penghasilan tambahan lagi.

Budidaya Ulat Sutra

Cukup banyak bagian dari ulat sutera yang akan berpotensi mendatangkan keuntungan dan pendapatan bagi pembudidayanya. Usaha ulat sutera bisa dimulai budidayanya sejak awal sekali dengan melakukan persilangan kupu-kupu guna menghasilkan telur ulat sutera.

Telur yang menetas lalu akan menjadi ulat kecil dan biasanya akan memerlukan waktu hingga 11 hari agar bisa menjadi ulat yang besar. Lalu setelah ulat besar itu dipelihara selama 11 hari lagi maka akan menjadi kepompong.

Telur Ulat Sutra

Selama menjadi ulat maka akan perlu terus diberi pakan berupa daun-daunan seperti daun murbei. Kemudian biasanya pada hari ke 23 maka ulat sutra sudah akan mulai berubah menjadi bentuk kepompong.

Kemudian selanjutnya pada hari ke 28 maka kepompong siap untuk diolah hingga menjadi benang sutra. Dari 10 kilogram kepompong tersebut maka akan bisa dihasilkan pintalan benang sebanyak 1 kilogram.

Panen Kepompong Ulat Sutra

Lalu dari 1 kilogram benang tersebut akan bisa ditenun hingga menjadi kain sutra sepanjang 8 meter.

Harga Ulat Sutra

Harga ulat sutra cukup tinggi, kokon atau kepompongnya memiliki harga sekitar 20 ribu Rupiah hingga 50 ribu Rupiah per kilogram.

Dan kalau sudah menjadi bentuk kain jadi maka harga kain sutra pendek harganya bisa mulai dari 400 ribu Rupiah hingga jutaan Rupiah.

Tingkat permintaan kain sutra atau kain sutera maupun benang sutera di dalam negeri Indonesia masih cukup tinggi dan hal itu belum sepenuhnya bisa dipenuhi pasokannya sehingga kadang masih sering dilakukan impor kain maupun benang sutra dari luar negeri, yakni biasanya didatangkan dari china.

Tingkat kebutuhan akan benang sutera di Bali saja bisa mencapai 10 ton per bulannya. Jadi peluang usaha ini masih cukup besar.

Baca juga yuk, Kenali >> Ulat Maggot << si Penyelamat Lingkungan.